Nasti tak menyangka, Karya, anak dalam kandungannya, menolak dilahirkan. Padahal sudah sewindu lebih Nasti mengandung.
Alasannya, Nasti belum bisa membuktikan pada Karya bahwa Nasti benar-benar mengandung. Permasalahannya bukan siapa yang membuahinya, tetapi apakah Nasti sungguhan hamil?
Sementara, Syat, suaminya yang sakit-sakitan, tak pernah berkomentar apapun soal Nasti.
“Bagaimana mungkin aku tidak mengandung, padahal kamu jelas-jelas ada dalam rahimku?” Nasti meyakinkan.
Suatu hari, sepulang dari pasar, Nasti melihat bendera lelayu di rumahnya, orang-orang melayat. Melihat Syat terbaring di dalam peti, Nasti menangis.
“Ohh, sungguh malang kau Syat, andai saja Karya-,” Nasti terkejut, perutnya rata.